Beranda | Artikel
Belajar Dialog dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Kamis, 7 Maret 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Belajar Dialog dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 24 Sya’ban 1445 H / 5 Maret 2024 M.

Kajian Tentang Belajar Dialog dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ…

“Sungguh pada diri Nabi itu terdapat suri teladan yang baik bagi kamu.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah seorang pembicara yang baik, namun beliau juga merupakan pendengar yang baik juga. Dari beliau, kita belajar tata cara berbicara, berkomunikasi, berdakwah, dan berinteraksi dengan manusia. Dari beliau pula kita belajar metode menyimak dan mendengarkan yang baik.

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencanangkan dakwah secara terbuka, kaum kafir Quraisy tidak senang. Mereka sangat geram dan marah, ingin membendung kegiatan dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan berbagai cara, salah satunya dengan berusaha bernegosiasi. Mereka mengutus Uthbah bin Rabiah sebagai negosiator untuk menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam upaya menyelesaikan masalah secara diplomatis.

Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Uthbah duduk di sebelah Nabi dan berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau mengetahui dengan pasti kedudukanmu di tengah-tengah kaummu.” Nabi sebelum menyuarakan dakwah ke tengah-tengah masyarakat Mekah, sudah terhormat dari keluarga yang terpandang dan mulia. Orang Quraisy pernah menjadikan Nabi sebagai rujukan untuk memutuskan perkara terkait peletakan Hajar Aswad. Beliau juga dikenal dengan sebutan al-Amin (orang yang dapat dipercaya). Uthbah menyinggung kedudukan Nabi di tengah-tengah masyarakat Mekah, yang memiliki pengaruh besar. Orang-orang mendengarkan kata-katanya, suka dan percaya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun, Uthbah kemudian menyatakan bahwa Nabi telah memecah belah barisan mereka.

Uthbah mengatakan, “Engkau mencaci-maki Tuhan-Tuhan mereka, engkau kafirkan nenek moyang mereka. Oleh karena itu, dengarkanlah kata-kataku. Aku akan menyampaikan beberapa tawaran. Mudah-mudahan engkau bersedia menerimanya.”

Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersenyum lalu berkata, “Wahai Uthbah, sebutkanlah tawaranmu itu. Aku akan mendengarkannya.” Jadi, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyilakan Uthbah untuk bicara, dan beliau mendengar. Uthbah pun mengutarakan panjang lebar segala tawarannya.

Ada beberapa tawaran di antaranya, “Wahai Muhammad, jika engkau ingin harta dari dakwahmu ini, kami akan kumpulkan semua harta orang-orang Quraisy dan akan kami serahkan kepadamu. Kalau kamu ingin dari dakwahmu ini adalah seorang wanita, maka kami akan nikahkan kamu dengan wanita yang paling cantik di tengah-tengah kaum kami. Kalau engkau ternyata terkena penyakit atau sihir, kami akan bawakan tabib yang handal kepadamu. Kalau kamu ingin kedudukan, maka akan kami jadikan engkau sebagai hakim. Kami tidak akan memutuskan perkara kecuali dengan keputusanmu. Dengan catatan, engkau berhenti menyampaikan Laa Ilaaha Illallah.”

Nabi mendengarkan tawaran-tawaran yang disampaikan oleh Uthbah. Maka setelah Uthbah menyampaikan secara panjang lebar segala tawarannya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali bertanya, “Masih adakah sesuatu yang ingin engkau sampaikan?” Uthbah menjawab, “Tidak ada lagi.” Jadi, Nabi menyilakan Uthbah untuk berbicara lebih dulu, dan beliau mendengarkan. Nabi tidak memotong sedikit pun perkataan Uthbah. Bahkan setelah Uthbah merasa sudah selesai, Nabi menawarkan kembali, “Apakah ada sesuatu yang belum disampaikan dan ingin disampaikan?” Yaitu sampai tuntas Uthbah menyampaikan apa yang ingin disampaikannya. Ketika dia menjawab tidak ada lagi, maka Nabi pun berkata, “Sekarang dengarkanlah kata-kataku.” Maka Nabi pun membaca beberapa ayat Al-Qur’an. Setelah itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Engkau telah mendengarkannya. Kini, silakan tentukan sikapmu.” Artinya, ternyata Nabi tidak menerima satu pun tawaran yang disampaikan oleh Uthbah. Nabi hanya membacakan beberapa ayat Al-Qur’an kepadanya, dan Uthbah menyimaknya. Begitulah dialog, ada yang mendengar dan ada yang berbicara.

Di sini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita salah satu etika dan akhlak di dalam berdialog yaitu menyimak kata-kata orang yang berbicara. Bukan hanya bicara dan bicara. Sebagian orang bicara terus, tidak mau mendengar. Giliran orang yang mendengarkan itu berbicara, dia tetap berbicara, bahkan mungkin akan memotong ucapan itu. Ini adalah etika yang rendah. Terlepas kita punya ilmu dan kedudukan yang tinggi, ada masanya kita juga harus mendengar, bukan hanya terus berbicara.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53987-belajar-dialog-dari-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam/